Penelitian terbaru dari Chylen Setiyo Rini salah satu dosen Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) mengungkapkan bahwa tepung kurma (Phoenix dactylifera L.) memiliki potensi besar sebagai media kultur alternatif untuk menumbuhkan bakteri. Penemuan ini membuka peluang baru bagi institusi pendidikan dan laboratorium penelitian di negara berkembang yang sering kali menghadapi kendala biaya tinggi untuk mendapatkan media kultur komersial yang efektif.
Tantangan Biaya dalam Penelitian Mikrobiologi
Dalam dunia mikrobiologi, media kultur merupakan salah satu elemen terpenting untuk menumbuhkan dan mempelajari bakteri. Media ini biasanya berupa campuran nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang biak. Salah satu media kultur yang paling umum digunakan adalah Nutrient Agar (NA), yang menyediakan lingkungan yang ideal bagi berbagai jenis bakteri.
Baca juga: Kuliah Pakar Etika dan Kode Etik Dalam Praktek Laboratorim Medis
Namun, meskipun efektif, media NA memiliki harga yang relatif mahal. Bagi banyak institusi pendidikan dan laboratorium penelitian di negara berkembang, biaya ini bisa menjadi hambatan signifikan dalam menjalankan eksperimen dan penelitian yang diperlukan. Oleh karena itu, para peneliti terus mencari alternatif media yang lebih murah namun tetap efektif.
Dalam upaya untuk menemukan solusi yang lebih terjangkau, peneliti dari Umsida melakukan serangkaian eksperimen untuk menguji potensi tepung kurma sebagai media kultur. Kurma, yang merupakan buah dari pohon Phoenix dactylifera L., telah dikenal kaya akan kandungan gula, serat, dan berbagai nutrisi penting lainnya. Kandungan gula dalam kurma berkisar antara 72% hingga 88%, yang menjadikannya sumber energi potensial bagi pertumbuhan bakteri.
Penelitian ini melibatkan penggunaan tepung kurma dalam berbagai konsentrasi untuk menumbuhkan dua jenis bakteri: Escherichia coli dan Bacillus cereus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahan tersebut mampu mendukung pertumbuhan kedua jenis bakteri tersebut, meskipun tidak seoptimal media NA. Namun, perbedaan dalam pertumbuhan bakteri pada media tepung kurma dan NA tidak terlalu signifikan, menunjukkan bahwa tepung kurma memiliki potensi sebagai alternatif media kultur yang lebih ekonomis.
Dalam eksperimen ini, bakteri Escherichia coli dan Bacillus cereus ditumbuhkan pada media tepung kurma dengan berbagai konsentrasi, kemudian dibandingkan dengan pertumbuhan mereka pada media NA. Hasilnya menunjukkan bahwa bakteri mampu tumbuh dengan baik pada media tepung kurma, meskipun dengan laju pertumbuhan yang sedikit lebih lambat dibandingkan dengan media NA.
Kandungan gula yang tinggi dalam bahan tersebut, menyediakan sumber energi yang cukup bagi bakteri untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Selain itu, nutrisi lain yang terkandung dalam kurma, seperti vitamin dan mineral, juga berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan bakteri. Walaupun demikian, perbedaan hasil antara media tepung kurma dan NA tetap ada, dengan media NA yang menunjukkan pertumbuhan bakteri yang sedikit lebih cepat.
Namun, dari segi biaya, tepung kurma jelas menjadi pemenang. Harga yang jauh lebih murah dibandingkan media NA komersial, membuatnya menjadi pilihan yang menarik bagi laboratorium dengan anggaran terbatas. Dengan harga yang lebih rendah dan ketersediaan yang melimpah, terutama di negara-negara penghasil kurma, media tepung kurma dapat menjadi solusi praktis untuk penelitian mikrobiologi yang efisien dan terjangkau.
Potensi Penggunaan di Masa Depan
Penemuan ini memiliki implikasi yang signifikan bagi dunia mikrobiologi, khususnya di negara-negara berkembang. Dengan tepung kurma sebagai alternatif media kultur yang murah dan cukup efektif, lebih banyak institusi pendidikan dan penelitian dapat melakukan eksperimen mikrobiologi tanpa harus khawatir tentang biaya yang tinggi.
Baca juga: PKL 1 & 3 Resmi Dibuka: Mahasiswa D4 MIK Umsida Siap Terapkan Ilmu di Dunia Nyata
Selain itu, penelitian lebih lanjut dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penggunaan tepung kurma sebagai media kultur. Misalnya, dengan menambahkan suplemen tertentu untuk meningkatkan laju pertumbuhan bakteri atau dengan menguji jenis bakteri lain yang mungkin lebih responsif terhadap media ini.
Dengan potensi yang ada, tepung kurma tidak hanya memberikan solusi praktis, tetapi juga membuka jalan bagi inovasi lebih lanjut dalam penelitian mikrobiologi. Tidak hanya terbatas pada bakteri, media ini mungkin juga dapat dikembangkan untuk menumbuhkan jenis mikroorganisme lain, termasuk jamur atau ragi, yang juga membutuhkan nutrisi spesifik untuk pertumbuhannya.
Penelitian dari Umsida tentang penggunaan tepung kurma sebagai media kultur bakteri merupakan terobosan penting yang dapat membantu mengatasi salah satu tantangan utama dalam penelitian mikrobiologi: biaya tinggi media kultur. Dengan hasil yang menjanjikan, tepung kurma menunjukkan potensi besar untuk digunakan sebagai alternatif media yang murah dan efektif.
Di masa depan, dengan penelitian dan pengembangan lebih lanjut, media tepung kurma mungkin tidak hanya akan menjadi pilihan di laboratorium dengan anggaran terbatas, tetapi juga bisa menjadi standar baru dalam industri mikrobiologi, menawarkan solusi yang lebih ramah anggaran dan tetap mendukung kemajuan ilmu pengetahuan.
Sumber: Jurnal Chylen Setiyo Rini
Date Palm (Phoenix dactylifera L.) Flour as an Alternative Culture Media for the Growth of Escherichia coli and Bacillus cereus
Penulis: Ayunda H