d4tlm.umsida.ac.id – Indonesia sebagai negara maritim memiliki sektor perikanan yang menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat pesisir. Namun, aktivitas industri, pertambangan, dan pencemaran lingkungan dari limbah domestik dan pertanian meningkatkan risiko paparan logam berat seperti Kadmium (Cd), Kromium (Cr), Timbal (Pb), dan Merkuri (Hg).
Baca Juga: Misteri Superinfeksi pada Ayam Broiler Mengancam Peternakan

Logam berat atau juga bisa disebut logam toksik ini dapat terakumulasi dalam tubuh nelayan melalui makanan laut yang terkontaminasi, air yang tercemar, serta paparan langsung dari lingkungan kerja.
Riset terbaru yang dilakukan oleh dosen dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menyoroti bagaimana gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi akumulasi logam toksik dalam tubuh nelayan. Penelitian ini berfokus pada nelayan di Desa Junganyar Pesisir, Kabupaten Bangkalan, yang berada di lingkungan berisiko tinggi terhadap pencemaran logam berat.
Dalam penelitian ini, kadar logam toksik dalam tubuh nelayan diukur menggunakan metode Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) dengan sampel urin sebagai indikator tingkat akumulasi logam berat. Hasilnya menunjukkan bahwa meskipun lingkungan sekitar rentan terhadap pencemaran, tingkat Cd dan Cr dalam tubuh nelayan masih dalam batas aman. Hal ini menunjukkan bahwa pola hidup sehat berperan dalam mengurangi dampak buruk dari paparan logam toksik.
Apa Itu Akumulasi Logam Berat dan Mengapa Berbahaya?
Logam berat adalah elemen yang memiliki densitas tinggi dan bersifat toksik bagi manusia jika terakumulasi dalam tubuh dalam jumlah tertentu. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara, air, dan makanan. Beberapa sumber utama paparan bagi nelayan meliputi:
-
Makanan Laut yang Terpapar Logam Berat
Ikan dan hasil laut lainnya dapat terkontaminasi logam toksik akibat pencemaran industri dan limbah rumah tangga yang mengalir ke laut. Logam berat ini tidak mudah terurai dan akan terus menumpuk di dalam jaringan tubuh ikan, yang kemudian dikonsumsi oleh manusia. -
Air Laut yang Terkontaminasi
Beberapa daerah pesisir memiliki kualitas air yang buruk akibat limbah industri atau pertambangan yang mengandung logam toksik seperti merkuri dan kadmium. -
Paparan Langsung dari Lingkungan
Nelayan yang sering beraktivitas di laut, terutama di daerah dengan pencemaran tinggi, dapat menghirup udara yang mengandung partikel logam toksik atau bersentuhan langsung dengan air yang terkontaminasi. -
Rokok dan Polusi Udara
Nelayan yang memiliki kebiasaan merokok cenderung memiliki kadar logam toksik lebih tinggi dalam tubuhnya, karena asap rokok juga mengandung berbagai jenis logam berat seperti kadmium dan timbal.
Ketika logam toksik masuk ke dalam tubuh manusia, tubuh tidak dapat menguraikannya secara alami, sehingga terjadi akumulasi logam berat di berbagai organ, terutama ginjal, hati, dan sistem saraf. Akumulasi logam toksik dalam jangka panjang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti:
- Gangguan Ginjal → Kadmium dan timbal dapat merusak nefron ginjal, menyebabkan gagal ginjal kronis.
- Gangguan Saraf → Logam berat seperti merkuri dan timbal dapat menyebabkan gangguan kognitif, tremor, dan gangguan koordinasi motorik.
- Penyakit Kardiovaskular → Kadar logam berat yang tinggi dalam tubuh dapat meningkatkan risiko hipertensi dan penyakit jantung.
- Gangguan Sistem Reproduksi → Paparan logam toksik yang tinggi dapat menurunkan kualitas sperma pada pria dan menyebabkan gangguan hormonal pada wanita.
- Risiko Kanker → Beberapa logam toksik seperti kromium dan kadmium diklasifikasikan sebagai karsinogen, yang dapat meningkatkan risiko kanker paru-paru, prostat, dan ginjal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nelayan yang menerapkan pola hidup sehat memiliki kadar logam toksik yang lebih rendah dibandingkan mereka yang memiliki kebiasaan kurang sehat, seperti sering merokok atau memiliki pola makan yang tidak seimbang. Berikut beberapa kebiasaan sehat yang berperan dalam menurunkan risiko akumulasi logam berat dalam tubuh:
- Mengonsumsi Air dalam Jumlah Cukup
Air membantu tubuh dalam proses detoksifikasi alami dengan membuang logam toksik melalui urin dan keringat. - Memilih Makanan dengan Antioksidan Tinggi. Makanan yang kaya akan vitamin C, E, dan selenium seperti jeruk, tomat, kacang-kacangan, dan teh hijau membantu tubuh melawan efek oksidatif dari logam toksik.
- Mengonsumsi Makanan Tinggi Serat. Serat dalam sayuran hijau dan buah-buahan berperan dalam menyerap logam toksik di saluran pencernaan dan mencegah penyerapan lebih lanjut oleh tubuh.
- Rutin Melakukan Aktivitas Fisik. Olahraga membantu meningkatkan metabolisme tubuh, mempercepat proses ekskresi logam toksik, dan mengurangi penumpukan dalam jaringan tubuh.
- Menghindari Kebiasaan Merokok. Merokok adalah salah satu sumber utama paparan kadmium. Nelayan yang tidak merokok cenderung memiliki kadar logam toksik lebih rendah dalam tubuh mereka.
- Meminimalkan Paparan Langsung dengan Air Tercemar. Menggunakan sarung tangan atau pakaian pelindung saat bekerja di laut dapat membantu mengurangi paparan logam toksik melalui kontak langsung dengan air yang tercemar.
Penelitian ini memberikan bukti bahwa gaya hidup sehat berperan penting dalam mengurangi risiko akumulasi logam berat dalam tubuh nelayan, meskipun mereka bekerja di lingkungan yang berisiko tinggi terhadap pencemaran. Dengan meningkatnya kesadaran akan pentingnya pola hidup sehat, risiko kesehatan akibat paparan logam berat dapat ditekan, bahkan dalam kondisi kerja yang menantang.
Baca Juga: LKMM-TM FIKES Umsida 2025,Membangun Pemimpin Mahasiswa yang Tangguh dan Berkarakter
Sebagai langkah lanjutan, diperlukan edukasi lebih lanjut mengenai bahaya logam berat, serta dukungan kebijakan dari pemerintah dalam menjaga kualitas lingkungan perairan agar lebih aman bagi para nelayan. Dengan demikian, sektor perikanan Indonesia dapat tetap produktif tanpa mengorbankan kesehatan para pekerjanya.
Mengingat pentingnya kesehatan bagi nelayan dan masyarakat pesisir, adopsi gaya hidup sehat harus menjadi prioritas untuk mengurangi risiko kesehatan yang disebabkan oleh akumulasi logam berat. Dengan pola hidup yang baik, nelayan tidak hanya dapat menjaga kesehatannya sendiri, tetapi juga memastikan keberlanjutan industri perikanan yang sehat dan aman untuk generasi mendatang.
Sumber: Galuh Ratmana Hanum S Si M Si
Penulis: Novia