Pemeriksaan

TLM Umsida Menguak Potensi Otomatisasi Pemeriksaan Hematologi dan DNA Rekombinan untuk Laboratorium Medis Masa Depan

Fikes.umsida.ac.id – Teknologi laboratorium medis berkembang pesat, mendorong munculnya kebutuhan akan tenaga laboratorium yang tidak hanya andal secara teknis, tetapi juga peka terhadap efisiensi dan inovasi. Dalam Seminar Ilmiah Nasional Mahasiswa TLM (SINEMSI) 2025, Andika Aliviemeita, S ST M Si dosen D4 Teknik Laboratorium Medis Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (TLM Umsida), mengupas dua aspek vital dalam dunia laboratorium modern yaitu otomatisasi pemeriksaan hematologi serta teknologi DNA rekombinan yang mendukung produksi protein terapeutik.

Baca Juga : TLM Umsida Gelar Pemeriksaan Kesehatan Gratis Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat tentang Pentingnya Pemeriksaan Laboratorium Medis

Melalui pemaparannya, Andika menegaskan bahwa mahasiswa harus siap menghadapi era laboratorium cerdas yang mengedepankan kecepatan, presisi, dan inovasi biomolekuler. engan penjelasan komprehensif dan berorientasi praktis, materi ini menjadi amunisi mahasiswa TLM agar lebih kompeten dan siap menghadapi tantangan nyata di dunia kerja.

Praktik Pemeriksaan Hematologi dan Efisiensi Teknologi POCT
Pemeriksaan
Sumber : AI

Dosen D4TLM tersebut membuka sesinya dengan menggambarkan perubahan lanskap laboratorium medis saat ini. Pemeriksaan hematologi, salah satu pemeriksaan dasar untuk mendeteksi kelainan darah dan penyakit infeksi, kini tidak hanya bisa dilakukan secara manual, tetapi juga dengan bantuan alat canggih seperti automated hematology analyzer dan Point of Care Testing (POCT).

Ia juga menambahkan pada pemeriksaan hematologi bahwa metode manual (Syahli) memang sudah menjadi standar lama, namun memerlukan ketelitian dan waktu lama, sehingga rawan terjadi human error dan keterlambatan hasil.

Sebaliknya, otomatisasi dan POCT menghadirkan solusi brilian. Dengan teknologi ini, hasil pemeriksaan seperti kadar hemoglobin (Hb), jumlah eritrosit (RBC), leukosit (WBC), dan trombosit (PLT) bisa diperoleh secara instan dan akurat di lokasi pelayanan.

Selain meningkatkan kecepatan diagnosa, POCT juga memperluas jangkauan layanan hingga ke daerah terpencil. “Keunggulan utamanya adalah kecepatan dan ketepatan, tegas Andika, seraya menekankan bahwa penguasaan teknologi ini adalah wajib untuk mahasiswa TLM masa kini.

Namun, Andika juga memberi catatan kritis bahwa meski teknologi sudah modern, kompetensi dan validasi hasil tetap harus dikuasai. Setiap mahasiswa harus memahami prinsip kerja alat, tahap pre-analitik, analitik, dan post-analitik agar kualitas hasil terjamin dan sesuai standar laboratorium medis. Tanpa pemahaman tersebut, kecanggihan mesin hanya akan menjadi benda mati tanpa makna.

Selain itu pemeriksaan hematologi tetap menjadi tulang punggung diagnosis klinis. Perbandingan dari dua metode:

  • Metode manual (Syahli)
    Mengandalkan keterampilan pengamatan morfologi sel di bawah mikroskop. Namun, metode ini rentan terhadap subjektivitas dan bergantung pada kualitas peralatan.

  • Metode POCT (Point of Care Testing)
    POCT memungkinkan hasil diperoleh saat itu juga. Cocok diterapkan di layanan cepat, UGD, atau wilayah terpencil dengan keterbatasan fasilitas. Pemeriksaan kadar Hb menggunakan POCT membantu dokter mengambil keputusan dalam hitungan menit.

Andika menggarisbawahi bahwa mahasiswa harus memahami prinsip kerja, batas normal, serta proses validasi alat POCT, agar efisiensi tidak mengorbankan akurasi.

 Validasi Hasil dan Tanggung Jawab Tenaga Laboratorium

Selain itu dosen TLM Umsida tersebut juga menegaskan bahwa dalam pemeriksaan hematologi dengan meningkatnya penggunaan alat otomatis, tenaga laboratorium tidak boleh kehilangan kemampuan validasi hasil dan kontrol kualitas. Mahasiswa TLM harus menguasai tahapan:

  • Pre-analitik: pengambilan dan penanganan sampel

  • Analitik: proses pemeriksaan, baik manual maupun otomatis

  • Post-analitik: validasi, interpretasi, dan pelaporan hasil

Otomatisasi bukan berarti menggantikan manusia, tetapi justru menuntut kompetensi lebih tinggi dalam interpretasi, troubleshooting alat, dan komunikasi hasil ke klinisi. Dalam era digital, sistem informasi laboratorium menjadi bagian penting efisiensi layanan medis.

Membangun Kompetensi Mahasiswa TLM di Era Bioteknologi dan Mutasi Mikroorganisme

Dalam pemaparannya pada SINEMSI 2025 dengan membahas tantangan laboratorium dalam menghadapi mutasi mikroorganisme dan meningkatnya angka kasus infeksi baru, seperti HIV dan varian baru patogen lainnya.

Serta menjelaskan bahwa perubahan genetik mikroba membuat metode deteksi lama kurang efektif, dan dalam banyak kasus, memerlukan pengembangan teknik baru berbasis molekuler untuk mendukung diagnosa pasti.

Salah satu solusi strategis adalah menggunakan DNA rekombinan, sebuah teknik bioteknologi canggih yang memungkinkan ilmuwan memanipulasi dan memproduksi DNA spesifik secara cepat dan efisien. Dalam seminar ini, Andika memaparkan langkah-langkah detail proses kloning DNA, mulai dari:

  • Isolasi gen target (misalnya gen penghasil insulin),

  • Penggabungan ke vektor kloning (biasanya plasmid bakteri),

  • Transformasi ke dalam sel inang, hingga

  • Ekspresi dan produksi protein rekombinan.

Dalam pemaparan yang disampaikan bahwa DNA rekombinan telah membawa perubahan radikal dalam dunia medis. Sebagai contoh konkret, insulin rekombinan kini bisa diproduksi massal untuk pasien diabetes, tanpa bergantung hanya pada sumber hewani.

Selain itu, teknologi ini juga mendukung pengembangan vaksin, terapi gen, dan deteksi cepat penyakit menular. Dengan kemajuan ini, lulusan TLM bukan hanya operator mesin, melainkan juga aktor utama dalam inovasi diagnostik dan terapeutik.

Ia juga menekankan bahwa mutasi mikroorganisme dan resistensi antibiotik memerlukan peningkatan kemampuan mahasiswa TLM untuk berpikir kritis dan inovatif. Dengan berbekal pemahaman mendalam soal biomolekuler, lulusan TLM diharapkan mampu merancang metode uji baru dan berkontribusi dalam riset pengembangan diagnostik molekuler.

Implementasi Kompetensi dan Integrasi Teknologi di Laboratorium Klinis Modern

Pada bagian akhir pemaparannya, Andika menegaskan bahwa penerapan teknologi otomatis dan DNA rekombinan harus diiringi dengan pembentukan karakter profesional dan kepatuhan terhadap standar kualitas.

Ia menekankan pentingnya quality control pada pemeriksaan hematologi sebagai tulang punggung kepercayaan pasien dan klinisi. Laboratorium harus mampu meminimalisasi kesalahan pre-analitik (seperti pengambilan dan penanganan sampel), analitik (proses uji di mesin), hingga post-analitik (interpretasi dan pelaporan hasil).

Selain itu, mahasiswa TLM harus siap menghadapi sistem informasi laboratorium (SIL) berbasis digital. Dengan memanfaatkan SIL, proses pengolahan data pasien menjadi lebih efisien, aman, dan terintegrasi. Andika menekankan bahwa kemampuan membaca data di komputer harus dilatih sejak dini, agar mahasiswa terbiasa dan mampu menghadapi kebutuhan klinis masa depan.

Ia juga menambahkan bahwa inovasi bioteknologi dan POCT harus didukung kerja sama lintas sektor, baik antara praktisi laboratorium, klinisi, hingga pembuat kebijakan. Kolaborasi ini memperkuat sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan dan memastikan pasien mendapat diagnosis dan terapi tepat waktu. Dengan begitu, kualitas pelayanan meningkat dan citra laboratorium medis sebagai garda depan pelayanan kesehatan semakin kuat.

Baca Juga : SINEMSI 2025 Ungkap Inovasi DNA Rekombinan, Solusi Terbaru untuk Tantangan Kesehatan Berkelanjutan di Laboratorium Medis

Melalui SINEMSI 2025, jelas tergambar bahwa mahasiswa TLM harus menguasai teknologi modern dan prinsip-prinsip biomolekuler agar mampu bersaing dan berkontribusi dalam pelayanan kesehatan masa depan. Otomatisasi pemeriksaan hematologi mempercepat dan memperkuat diagnosa klinis, sementara DNA rekombinan membuka peluang baru di bidang terapi dan diagnostik molekuler.

Dengan kompetensi ini, laboratorium medis bukan hanya sebagai unit pelayanan teknis, tetapi juga pusat inovasi dan solusi strategis dalam menghadapi tantangan kesehatan global. Inovatif, kompeten, dan responsif adalah kunci untuk memastikan bahwa lulusan TLM mampu membawa perubahan nyata dan berkelanjutan di dunia kesehatan.

Penulis : Novia