OKSIGEN HIPERBARIK

Terapi Oksigen Hiperbarik Solusi Inovatif Fikes Umsida untuk Kendalikan Diabetes Melitus

D4Tlm.Umsida.ac.id– Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida) kembali menghadirkan inovasi penelitian yang berdampak nyata bagi kesehatan masyarakat. Melalui riset terbaru, dosen dan peneliti Fikes Umsida menegaskan potensi terapi oksigen hiperbarik (Hyperbaric Oxygen Therapy/HBOT) sebagai metode komplementer dalam mengelola diabetes melitus.

Baca Juga: Pelatihan Praktik Mikrobiologi yang Berdampak Langsung, Tingkatkan Kesiapan Karir Mahasiswa TLM

“Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa HBOT mampu menurunkan kadar gula darah dan memperbaiki profil lipid secara signifikan pada pasien diabetes melitus,” ungkap tim peneliti.

Latar Belakang Diabetes dan Urgensi Terapi Baru
oksigen hiperbarik
Sumber: AI

Diabetes melitus hingga kini masih menjadi masalah kesehatan global yang jumlah penderitanya terus meningkat, termasuk di Indonesia.

Data tahun 2018 menunjukkan bahwa Jawa Timur menempati urutan kelima jumlah penderita diabetes di Indonesia. Prevalensi diabetes pada usia ≥15 tahun meningkat dari 6,9% pada 2013 menjadi 8,5% pada 2018.

Kondisi ini bukan hanya soal tingginya kadar gula darah, tetapi juga terkait dengan perubahan profil lipid yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

Itulah sebabnya, penanganan diabetes membutuhkan strategi yang tidak hanya mengontrol glukosa, tetapi juga memperbaiki metabolisme lipid dalam tubuh.

Berangkat dari permasalahan ini, Fikes Umsida melakukan penelitian tentang efektivitas terapi oksigen hiperbarik pada pasien diabetes. Riset ini dilakukan di Klinik Tiandte Gedangan, Sidoarjo, dengan melibatkan 30 pasien diabetes melitus.

“Kami ingin melihat secara lebih detail bagaimana oksigenasi pada tekanan tinggi dapat memengaruhi kadar gula darah dan profil lipid pasien,” jelas peneliti.

Metode yang digunakan cukup ketat. Terapi diberikan dengan tekanan 2,4 ATA selama dua jam per sesi, dan hasil pengukuran kadar gula darah serta profil lipid dilakukan sebelum dan sesudah terapi menggunakan metode fotometri.

Penelitian ini juga telah memperoleh sertifikasi etika dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga, Surabaya.

Hasil Riset HBOT terhadap Kadar Gula Darah dan Profil Lipid

Hasil penelitian ini cukup mencengangkan. Sebelum terapi, kadar gula darah rata-rata pasien mencapai 307 mg/dl. Setelah menjalani terapi oksigen hiperbarik, angka tersebut turun signifikan menjadi 269 mg/dl. “Penurunan ini tidak hanya terlihat secara klinis, tetapi juga signifikan secara statistik,” jelas peneliti.

Tak hanya kadar gula darah, profil lipid pasien juga menunjukkan perbaikan yang berarti. Kadar kolesterol total menurun dari 270 mg/dl menjadi 241 mg/dl, sementara trigliserida turun dari 286 mg/dl menjadi 258 mg/dl. Semua parameter penelitian menunjukkan nilai p=0,000 yang menegaskan efektivitas HBOT dalam pengelolaan diabetes melitus.

Menurut peneliti, terapi oksigen hiperbarik bekerja dengan meningkatkan kadar oksigen dalam darah. Oksigen terlarut dalam plasma lebih mudah didistribusikan ke jaringan tubuh dibanding oksigen yang hanya terikat hemoglobin.

“Dengan oksigen yang lebih banyak masuk ke jaringan, fungsi insulin membaik, sensitivitas tubuh terhadap insulin meningkat, sehingga gula darah lebih terkendali,” papar peneliti.

Selain itu, terapi ini juga mengurangi kondisi hipoksia jaringan yang sering dialami pasien diabetes akibat kerusakan pembuluh darah kecil.

Mekanisme lain yang teridentifikasi adalah aktivasi enzim AMP-activated protein kinase (AMPK) yang berperan dalam metabolisme glukosa, serta peningkatan sintase oksida nitrat (NOS) yang membantu memperbaiki fungsi vaskular.

Peneliti menambahkan, “HBOT bekerja seperti olahraga bagi tubuh, merangsang metabolisme glukosa sekaligus menurunkan stres oksidatif yang menjadi salah satu penyebab komplikasi vaskular pada pasien diabetes.”

Keunggulan, Tantangan, dan Harapan ke Depan

Keunggulan terapi oksigen hiperbarik bukan hanya pada kontrol gula darah, tetapi juga pada kemampuannya memperbaiki profil lipid, mencegah kerusakan jaringan, serta meningkatkan aktivitas enzim antioksidan seperti superoksida dismutase (SOD) dan katalase.

Dengan cara ini, terapi ini mampu mengurangi risiko komplikasi vaskular yang kerap dialami pasien diabetes melitus.

Hasil penelitian Fikes Umsida ini sejalan dengan studi internasional. Studi di Turki, misalnya, membuktikan bahwa HBOT tidak hanya memperbaiki kontrol glikemik, tetapi juga mengurangi risiko aterosklerosis serta marker inflamasi pada pasien dengan ulkus kaki diabetik.

Artinya, potensi manfaat terapi oksigen hiperbarik cukup luas dan dapat diaplikasikan dalam berbagai kasus komplikasi diabetes.

Meski demikian, penelitian ini memiliki keterbatasan, di antaranya jumlah sampel yang relatif kecil (30 pasien) serta adanya variasi komorbiditas pada responden.

“Kami berharap penelitian selanjutnya melibatkan jumlah pasien lebih besar dengan parameter yang lebih lengkap, agar efek terapi bisa dipahami secara lebih komprehensif,” ujar peneliti.

Bagi Fikes Umsida, hasil penelitian ini bukan sekadar pencapaian akademik, tetapi juga bagian dari branding sebagai kampus yang inovatif dalam riset kesehatan. “Kami ingin penelitian ini menjadi salah satu kontribusi nyata Umsida dalam pengembangan terapi komplementer untuk diabetes melitus,” simpul peneliti.

Baca Juga: Ciptakan Solusi Penyembuhan Luka Diabetes Berbasis Limbah Cangkang Kupang, Tim PKM TLM Umsida Sukses Peroleh Hibah

Penelitian Fikes Umsida membuktikan bahwa terapi oksigen hiperbarik efektif menurunkan kadar gula darah dan memperbaiki profil lipid pada pasien diabetes melitus. Mekanisme kerja terapi ini melibatkan peningkatan distribusi oksigen ke jaringan, perbaikan sensitivitas insulin, hingga penurunan stres oksidatif.

“Terapi oksigen hiperbarik dapat menjadi metode komplementer yang menjanjikan dalam pengelolaan diabetes, sekaligus mengurangi risiko komplikasi vaskular yang menyertainya,” tegas peneliti.

Dengan temuan ini, Fikes Umsida memperkuat posisinya sebagai pusat riset kesehatan inovatif yang berorientasi pada solusi nyata bagi masyarakat, sekaligus mendukung cita-cita Indonesia dalam menekan angka penderita diabetes melitus di masa depan.

Penulis: Fikes Umsida