DERMATOFITA

TLM Umsida Ungkap Jenis Dermatofita Penyebab Tinea Unguium di Bangkalan,

Fikes.umsida.ac.id – Di balik kerasnya dunia konstruksi, tersembunyi ancaman kecil yang kerap luput dari perhatian: jamur dermatofita. Riset mahasiswa Program Studi D4 Teknik Laboratorium Medis Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (TLM Umsida) berhasil mengidentifikasi jenis jamur penyebab infeksi kuku (Tinea unguium) pada pekerja bangunan di Bangkalan.

Baca Juga: Inovasi dari Limbah Kupang, Mahasiswa TLM Umsida Torehkan Prestasi Nasional lewat Obat Luka Diabetes

Penelitian ini menjadi dokumentasi pertama yang mencatat keberadaan Trichophyton rubrum, Trichophyton mentagrophytes, dan Epidermophyton floccosum pada kuku pekerja konstruksi di wilayah tersebut.

“Kami menemukan 18 dari 28 sampel kuku pekerja konstruksi positif terinfeksi jamur dermatofita,” ungkap tim peneliti TLM Umsida.

“Temuan ini menegaskan bahwa lingkungan kerja lembap dan kotor menjadi faktor utama berkembangnya jamur.”

Mengenal Tinea Unguium dan Faktor Risiko pada Pekerja Lapangan
DERMATOFITA
Sumber: AI

Tinea unguium adalah infeksi pada lempeng kuku yang disebabkan oleh jamur dermatofita. Kondisi ini ditandai dengan kuku menebal, pecah-pecah, kehilangan kilau alami, dan berubah warna menjadi kekuningan hingga kecoklatan.

Berdasarkan hasil penelitian, kelompok pekerja yang sering kontak dengan tanah, semen, dan air menjadi yang paling rentan.

Dalam penelitian yang dilakukan secara deskriptif dengan pendekatan cross sectional, 28 sampel kuku dikumpulkan dari pekerja bangunan yang menunjukkan gejala khas infeksi jamur.

Sampel tersebut kemudian ditanam pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA) dan diamati selama 7–10 hari menggunakan mikroskop dengan pewarnaan Lactophenol Cotton Blue.

“Kami memastikan prosedur pemeriksaan berlangsung steril dan etis,” jelas salah satu peneliti.

“Setiap sampel diuji berdasarkan morfologi makroskopis dan mikroskopis untuk menentukan spesies jamur secara akurat.”

Temuan menunjukkan Epidermophyton floccosum menjadi jenis paling dominan (36%), diikuti Trichophyton rubrum (18%) dan Trichophyton mentagrophytes (10%).

Selain itu, juga ditemukan jamur non-dermatofita seperti Aspergillus sp. dan Scopulariopsis, yang berpotensi menyebabkan onikomikosis atau infeksi jamur kuku non-dermatofita.

Karakteristik Jamur dan Dampaknya terhadap Kesehatan

Ketiga jenis jamur dermatofita yang ditemukan memiliki ciri khas morfologi yang menarik. Trichophyton rubrum tampak berwarna putih kekuningan hingga violet dan menghasilkan mikrokonidia berbentuk bulat. T. mentagrophytes memiliki hifa spiral seperti tetesan lilin dengan makrokonidia berbentuk cerutu.

Sedangkan E. floccosum menampilkan koloni kuning kehijauan dengan makrokonidia besar bersekat 2–4 sel.

Jamur-jamur tersebut dikenal sebagai antropofilik, yakni jenis yang hidup pada jaringan manusia. Mereka menghasilkan enzim seperti keratinase dan protease untuk mengurai keratin pada kuku.

Setelah menginvasi lapisan epidermis, jamur menimbulkan peradangan yang membuat kuku rapuh, nyeri, dan mudah patah.

“Masalah ini memang tidak mengancam nyawa,” ujar tim peneliti, “tetapi jika diabaikan, infeksi dapat menjadi gerbang bagi bakteri lain dan mengganggu aktivitas kerja karena rasa nyeri saat berjalan.”

Penelitian juga menyoroti peran Aspergillus sp. dan Scopulariopsis sebagai jamur non-dermatofita yang menyerang kuku yang sudah rusak.

Kondisi tersebut diperparah oleh faktor lingkungan lembap dan penggunaan sepatu tertutup terlalu lama tanpa perlindungan yang memadai.

Implikasi Kesehatan dan Harapan Peneliti

Temuan ini menjadi bukti nyata bagaimana riset mahasiswa TLM Umsida berkontribusi dalam bidang kesehatan kerja dan identifikasi laboratorium mikrobiologi.

Selain mendokumentasikan spesies jamur penyebab Tinea unguium pada pekerja lapangan, penelitian ini juga mengingatkan pentingnya \kesadaran higiene dan keselamatan kerja di lingkungan konstruksi\.

\ “Kami berharap penelitian ini dapat menjadi dasar edukasi bagi pekerja agar lebih memperhatikan kebersihan kaki dan penggunaan alas pelindung,” ujar tim peneliti.

Selain menjadi data ilmiah, riset ini menunjukkan bahwa mahasiswa TLM Umsida mampu menghasilkan penelitian terapan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat.

Hasilnya bukan hanya menambah khazanah ilmu laboratorium medis, tetapi juga membuka peluang pengembangan intervensi pencegahan berbasis komunitas pekerja.

Baca Juga: Gejala Toksisitas Akibat Ekstrak Bunga Turi Putih, Apa yang Terjadi pada Tikus Setelah Diberi Dosis Tinggi

Penelitian mahasiswa TLM Umsida berhasil mengidentifikasi tiga spesies jamur dermatofita utama T. rubrum, T. mentagrophytes, dan E. floccosum serta dua jenis non-dermatofita pada kuku pekerja konstruksi di Bangkalan.

Hasil ini menegaskan bahwa lingkungan kerja lembap dan perilaku higiene yang kurang menjadi faktor risiko utama infeksi kuku.

Sumber: Miftahul Mushlih

Penulis: Novia