pare

Pare Melawan Bakteri Mematikan dengan Cara Alami Berkat Inovasi Hebat Fikes Umsida

D4tlm.umsida.ac.id – Pare, si pahit yang kerap dihindari banyak orang, ternyata menyimpan potensi luar biasa sebagai solusi alami untuk mengatasi Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Kandungan senyawa antibakteri di dalam buah pare mampu melawan bakteri berbahaya penyebab ISPA, seperti Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus pneumoniae.

Baca Juga : Ungkap Manfaat Sabun Ekstrak Daun Mangkokan untuk Kesehatan Kulit, Inovasi Fikes Umsida dalam Antibakteri

Temuan ini terungkap melalui penelitian yang dilakukan oleh dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida), yang tidak hanya memberikan kontribusi ilmiah, tetapi juga membuka peluang pengembangan alternatif pengobatan berbasis bahan alam.

Menjawab Tantangan ISPA dengan Solusi Alami
PARE
Sumber : AI

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) masih menjadi momok di dunia kesehatan, bahkan menyumbang angka kematian tertinggi pada bayi dan balita di Indonesia. Penyebab utamanya adalah bakteri seperti Klebsiella pneumoniae dan Streptococcus pneumoniae, yang semakin sulit dikendalikan karena resistensi terhadap antibiotik.

Berangkat dari keprihatinan ini, dua dosen dari Program Studi Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Fikes Umsida), Dewangga Septian Adjie Himawan dan Chylen Setiyo Rini, M.Biomed, melakukan terobosan ilmiah melalui riset berbasis tanaman lokal: buah pare (Momordica charantia Linn.).

Pare, yang dikenal luas sebagai sayuran pahit dan bahan jamu, ternyata menyimpan kekuatan antibakteri yang luar biasa. Dengan memanfaatkan ekstrak segar buah pare, penelitian ini membuktikan efektivitas pare dalam menghambat pertumbuhan dua bakteri penyebab utama ISPA.

“Penggunaan bahan alami seperti pare bisa menjadi alternatif cerdas untuk menghadapi ancaman resistensi antibiotik,” ujar Chylen, dosen dan peneliti utama dalam riset ini.

 Uji Coba di Laboratorium: Bukti Ilmiah Kekuatan Pare

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental dengan metode difusi cakram (Kirby-Bauer) di Laboratorium Bakteriologi Fikes Umsida. Lima variasi konsentrasi ekstrak pare (20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%) diuji terhadap dua bakteri berbahaya, lalu dibandingkan dengan antibiotik kloramfenikol (sebagai kontrol positif) dan aquades (sebagai kontrol negatif).

Hasilnya cukup mencengangkan. Pada konsentrasi 100%, ekstrak pare menciptakan zona hambat selebar:

  • 21,31 mm terhadap Klebsiella pneumoniae,

  • 25,75 mm terhadap Streptococcus pneumoniae.

Nilai-nilai ini menunjukkan bahwa pare memiliki daya antibakteri signifikan yang hampir sebanding bahkan melampaui efek antibiotik konvensional pada beberapa level konsentrasi. Analisis statistik dengan uji ANOVA menguatkan hasil ini dengan nilai signifikansi p=0,000, yang menandakan pengaruh nyata ekstrak pare terhadap pertumbuhan bakteri.

Mengapa hasilnya bisa berbeda pada dua jenis bakteri? Ini berkaitan dengan struktur dinding sel mereka. Streptococcus pneumoniae yang termasuk bakteri gram positif, lebih mudah dihancurkan karena hanya memiliki satu lapisan peptidoglikan yang tebal. Sebaliknya, Klebsiella pneumoniae sebagai bakteri gram negatif memiliki dinding sel berlapis-lapis yang membuat senyawa antibakteri sulit menembusnya.

 Dari Laboratorium ke Masyarakat: Langkah FIKES Umsida Ciptakan Inovasi Berdampak

Riset ini menjadi bukti bahwa Fikes Umsida bukan hanya mencetak tenaga medis profesional, tapi juga aktif menciptakan inovasi kesehatan berbasis potensi lokal. Ekstrak buah pare—yang murah, mudah diperoleh, dan rendah efek samping—berpotensi menjadi kandidat terapi tambahan atau alternatif dalam pengobatan ISPA.

Dengan pendekatan saintifik dan pemanfaatan kekayaan alam Indonesia, penelitian ini membuka peluang untuk pengembangan produk herbal antibakteri yang lebih aman dan ramah lingkungan. Ini sejalan dengan misi Sustainable Development Goals (SDGs) dalam bidang kesehatan dan inovasi.

Chylen Setiyo Rini menegaskan, “Kami di Fikes Umsida percaya bahwa riset harus menyentuh realitas sosial. Maka dari itu, hasil penelitian ini kami harap dapat terus dikembangkan menjadi produk yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.”

Tak hanya berhenti di jurnal ilmiah, temuan ini juga menjadi bagian dari upaya branding Fikes Umsida sebagai fakultas yang visioner, solutif, dan berdampak langsung bagi masyarakat.

Baca Juga : Ekstrak Lempuyang Gajah Aman untuk Hati? Ini Temuan Penting Riset Fikes Umsida dari Uji Toksisitas Akut

Dengan hasil signifikan dari riset ini, pare bukan lagi sekadar sayur pahit di meja makan, melainkan “senjata alami” dalam melawan penyakit infeksi pernapasan. Riset ini adalah bukti nyata bahwa bahan-bahan lokal jika digali secara ilmiah bisa menjadi solusi masa depan dalam dunia medis.

Fikes Umsida, melalui dosen-dosennya yang berdedikasi, terus membuktikan komitmen dalam menciptakan perubahan positif. Artikel ini tidak hanya membagikan hasil penelitian, tetapi juga menyampaikan pesan bahwa inovasi besar seringkali datang dari hal-hal sederhana—dan dimulai dari laboratorium kecil di kampus tercinta.

Sumber : Chylen Setiyo Rini

Penulis : Novia