sumber pexels pepaya

Inovasi Alami dalam Pengendalian Nyamuk: Efektivitas Ekstrak Daun Pepaya Jepang dalam Memerangi Larva Aedes aegypti

Demam berdarah dengue (DBD) adalah salah satu penyakit yang paling cepat menyebar di Indonesia, dan telah menjadi ancaman kesehatan masyarakat selama beberapa dekade. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Seiring dengan meningkatnya prevalensi DBD, upaya untuk menemukan solusi efektif dalam pengendalian vektor penyakit ini terus dilakukan. Dalam konteks ini, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (UMSIDA) telah mengembangkan sebuah penelitian inovatif yang mengeksplorasi potensi ekstrak daun Pepaya Jepang (Cnidoscolus aconitifolius) sebagai larvasida alami yang efektif.

DBD merupakan masalah kesehatan yang sangat serius di Indonesia. Menurut data Kementerian Kesehatan RI, kasus DBD yang dilaporkan pada tahun 2020 mencapai lebih dari 108.000 kasus, dengan 92,8% kabupaten/kota di Indonesia terdampak. Penyebaran penyakit ini cenderung semakin meluas, seiring dengan meningkatnya populasi nyamuk Aedes aegypti yang menjadi vektor utama penularan virus dengue. Pengendalian populasi nyamuk ini menjadi prioritas dalam upaya pencegahan DBD, namun penggunaan larvasida kimia sintetis yang terus-menerus menimbulkan masalah lain, yaitu resistensi nyamuk dan pencemaran lingkungan.

Baca juga: Dampak Penundaan Waktu dan Suhu Penyimpanan Terhadap Hasil Leukosit Urine Pada Pasien ISK

Keunggulan penelitian

Dalam upaya mencari solusi yang lebih ramah lingkungan dan efektif, penelitian yang dipimpin oleh Syahrul Ardiansyah, Faizatun Nafsi, dan Galuh Ratmana Hanum dari Fakultas Ilmu Kesehatan UMSIDA telah menemukan bahwa ekstrak daun Pepaya Jepang memiliki potensi besar sebagai larvasida alami. Penelitian ini diterbitkan pada Juli 2023 dalam Medicra, jurnal ilmu laboratorium medis yang dikelola oleh UMSIDA.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan enam perlakuan yang melibatkan ekstrak daun Pepaya Jepang dalam berbagai konsentrasi, yaitu 0,2%, 0,4%, 0,6%, 0,8%, dan 1%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak ini memiliki efek toksik yang signifikan terhadap larva Aedes aegypti. Setelah 48 jam pengamatan, ditemukan bahwa pada konsentrasi 1%, ekstrak daun Pepaya Jepang mampu mematikan 58,75% larva nyamuk. Bahkan, nilai LC50 (Lethal Concentration 50) yang didapatkan adalah sebesar 1,095%, menunjukkan bahwa konsentrasi ini sudah cukup untuk membunuh 50% populasi larva yang diuji.

Keunggulan utama dari ekstrak daun Pepaya Jepang dibandingkan dengan larvasida kimia sintetis terletak pada asal usulnya yang alami. Penggunaan bahan alami seperti ini tidak hanya efektif dalam membasmi nyamuk, tetapi juga lebih aman bagi lingkungan dan manusia. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam daun Pepaya Jepang, seperti flavonoid, saponin, dan alkaloid, berperan sebagai racun pernapasan dan saraf bagi larva nyamuk, sehingga dapat menyebabkan kematian larva melalui mekanisme yang berbeda. Flavonoid, misalnya, bekerja dengan merusak membran sel larva, sementara alkaloid mengganggu sistem saraf, dan saponin menyebabkan dehidrasi pada larva melalui kerusakan lapisan lilin tubuh mereka.

Penelitian ini menjadi tonggak penting dalam upaya pengembangan larvasida alami yang efektif dan berkelanjutan. Di tengah semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, penggunaan bahan-bahan alami dalam pengendalian hama dan vektor penyakit menjadi semakin relevan. Selain itu, penelitian ini juga membuka peluang bagi eksplorasi lebih lanjut terhadap potensi tanaman-tanaman lain yang mungkin memiliki efek serupa.

Baca juga: Pentingnya Peran Guru Dalam Pembelajaran Hematologi Untuk Mendukung SGD’s: Pengabdian Masyarakat Fikes Umsida

Penggunaan ekstrak daun Pepaya Jepang sebagai larvasida alami juga memiliki implikasi ekonomi yang positif. Tanaman ini relatif mudah dibudidayakan dan tidak memerlukan biaya produksi yang tinggi, sehingga dapat menjadi alternatif yang terjangkau bagi masyarakat luas, terutama di daerah-daerah endemis DBD. Dengan demikian, penggunaan larvasida alami ini tidak hanya mendukung upaya pencegahan DBD secara efektif, tetapi juga dapat mengurangi ketergantungan pada produk-produk kimia yang mahal dan berpotensi merusak lingkungan.

Namun, meskipun hasil penelitian ini sangat menjanjikan, langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah uji lapangan yang lebih luas untuk memastikan efektivitas ekstrak daun Pepaya Jepang dalam kondisi nyata. Selain itu, penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk mengkaji potensi efek samping yang mungkin timbul akibat penggunaan larvasida alami ini dalam jangka panjang. Dengan demikian, manfaat dari penggunaan ekstrak ini dapat dimaksimalkan, sementara risikonya dapat diminimalkan.

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, melalui penelitian ini, telah menunjukkan komitmennya dalam mendukung inovasi yang berkontribusi positif terhadap kesehatan masyarakat. Di tengah tantangan global seperti DBD, temuan ini memberikan harapan baru bagi pengendalian vektor yang lebih aman, efektif, dan berkelanjutan. Ke depan, diharapkan penelitian ini dapat diadopsi oleh pemerintah dan masyarakat sebagai bagian dari strategi pencegahan DBD yang terpadu.

Kesimpulannya, ekstrak daun Pepaya Jepang bukan hanya sekedar alternatif, tetapi sebuah inovasi yang berpotensi mengubah cara kita memerangi nyamuk Aedes aegypti dan mencegah penyebaran DBD. Dengan hasil penelitian yang solid dan didukung oleh uji ilmiah, ekstrak ini dapat menjadi senjata ampuh dalam upaya melindungi masyarakat dari ancaman demam berdarah yang terus berkembang.

Untuk mengetahui informasi lebih lanjut dapat mengunjungi lama admisi.umsida.ac.id dan d4tlm.umsida.ac.id

Sumber: Galuh Ratmana Hanum Effectiveness Test Of Japanese Papaya Leaf Extract (Cnidoscolus aconitifolius) On
Aedes aegypti Larvae Mortality 

Penulis: Ayunda H

Leave a Reply