Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di Medicra Journal of Medical Laboratory Science/Technology mengungkapkan bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan dari waktu penundaan dan suhu penyimpanan terhadap hasil pemeriksaan leukosit urine pada pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK). Penelitian ini, yang berfokus pada isu preanalitik dalam diagnosis ISK, dilakukan oleh tim peneliti dari Program Studi Teknologi Laboratorium Medis, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (TLM Fikes Umsida).
Infeksi Saluran Kemih
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah salah satu infeksi yang paling sering terjadi di masyarakat, bahkan menjadi salah satu penyebab infeksi nosokomial di rumah sakit. Data dari World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa ISK adalah penyakit infeksi non-pernapasan kedua yang paling sering dilaporkan, dengan jutaan kasus terjadi setiap tahunnya di seluruh dunia. Di Indonesia, angka kejadian ISK juga masih tinggi. Pada tahun 2014, diperkirakan ada sekitar 180.000 kasus baru ISK per tahun di Indonesia. Khusus di Jawa Timur, Departemen Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2016 melaporkan bahwa frekuensi ISK mencapai 3-4 kasus per 100.000 orang per tahun.
Baca juga: Tepung Kurma: Solusi Alternatif Media Kultur yang Ekonomis dan Efektif
ISK terjadi ketika terdapat mikroorganisme yang berkembang biak di saluran kemih, menyebabkan peradangan dan bakteriuria (kehadiran bakteri dalam urine). Kondisi ini dapat menyebabkan gejala yang signifikan pada pasien, dan pemeriksaan urine, terutama analisis leukosit, merupakan langkah penting dalam diagnosis ISK. Oleh karena itu, akurasi dalam pengelolaan sampel urine menjadi sangat penting untuk mencegah kesalahan diagnosis dan penanganan.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan desain cross-sectional untuk memahami pengaruh waktu penundaan dan suhu penyimpanan terhadap hasil pemeriksaan leukosit urine. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2022 di Laboratorium Asisten Teknologi Laboratorium Medis SMK Muhammadiyah 1 Pandaan, dengan populasi penelitian diambil dari pasien ISK di Rumah Sakit Sahabat, Pasuruan, Jawa Timur.
Sampel urine yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 35 sampel, yang dibagi ke dalam lima kelompok perlakuan, masing-masing terdiri dari tujuh sampel urine. Peneliti menggunakan alat-alat laboratorium seperti pot sampel, tabung centrifuge, cover glass, mikroskop, dan pipet tetes untuk memproses dan menganalisis sampel. Pemeriksaan leukosit dilakukan dengan mengamati sedimen urine menggunakan mikroskop setelah proses centrifuge.
Penundaan Waktu dan Suhu
Penelitian ini menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan dari lama waktu penundaan dan suhu penyimpanan terhadap hasil pemeriksaan leukosit urine pada pasien ISK. Hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Asriyani (2016), yang melaporkan bahwa tidak terdapat perbedaan hasil pemeriksaan leukosit yang signifikan antara pemeriksaan segera (kurang dari satu jam) dan pemeriksaan yang dilakukan lebih dari satu jam setelah pengambilan sampel urine.
Mereka melaporkan bahwa urine dapat disimpan pada suhu kamar hingga empat jam tanpa pengawet, dan tidak ada perubahan signifikan yang terjadi pada hasil pemeriksaan sedimen urine. Meskipun demikian, penelitian ini menemukan adanya perbedaan rata-rata jumlah leukosit pada berbagai kondisi penyimpanan, meskipun perbedaan tersebut tidak signifikan secara statistik. Sebagai contoh, perbedaan rata-rata jumlah leukosit antara pemeriksaan segera dengan penundaan selama dua jam pada suhu 20-25℃ adalah sebesar 1,99, sedangkan pada suhu 2-8℃ perbedaannya hanya sebesar 0,43. Penundaan selama tiga jam pada suhu 20-25℃ menghasilkan perbedaan rata-rata sebesar 2,43, sementara pada suhu 2-8℃ perbedaannya hanya 0,71.
Perbedaan ini, meskipun tidak signifikan secara statistik, bisa jadi dipengaruhi oleh faktor lain seperti riwayat penyakit yang diderita oleh pasien atau kondisi medis lainnya yang mungkin memengaruhi hasil pemeriksaan leukosit. Oleh karena itu, meskipun tidak ditemukan pengaruh signifikan dalam penelitian ini, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi hasil pemeriksaan urine.
Baca juga: Fikes Umsida Dengan NCTU Taiwan Menjalin Kolaborasi Untuk Pengembangan Pendidikan
Penundaan pemeriksaan sedimen urine diketahui dapat menyebabkan perubahan pada struktur sel leukosit, seperti pembengkakan inti sel dan lisis, yang dapat mempengaruhi akurasi hasil pemeriksaan. Faktor-faktor seperti suhu yang terlalu tinggi juga dapat mempercepat proses pertumbuhan bakteri dalam urine, yang pada akhirnya dapat merusak sel leukosit.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa waktu penundaan dan suhu penyimpanan tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil pemeriksaan leukosit urine pada pasien ISK. Namun, peneliti tetap menekankan pentingnya mengikuti prosedur preanalitik yang tepat untuk menjaga integritas sampel dan mencegah kesalahan diagnosis. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan panduan bagi tenaga medis dan laboratorium dalam mengelola sampel urine, khususnya dalam kondisi yang memerlukan penundaan pemeriksaan.
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya menjaga kebersihan dan menghindari risiko infeksi pada populasi yang rentan terhadap ISK, terutama pada perempuan yang lebih rentan terkena infeksi ini karena struktur anatomi uretra yang lebih pendek. Dengan penanganan yang tepat, diharapkan angka kejadian ISK dapat ditekan, dan kualitas hidup pasien dapat meningkat.
Untuk mengetahui informasi lebih lanjut dapat mengunjungi lama admisi.umsida.ac.id dan d4tlm.umsida.ac.id
Sumber: Andika Aliviameita The effect of delay time and strorage temperature on the results of urine leukocyte examination in patients of urinary tract infection (UTI)
Penulis: Ayunda H