kadmium (Cd)

Dampak Logam Berat Kadmium (Cd) terhadap Petani dan Solusi Pencegahannya

d4tlm.umsida.ac.id- Indonesia merupakan negara agraris dengan mayoritas penduduknya bergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama. Namun, di balik produktivitas pertanian yang tinggi, terdapat ancaman tersembunyi yang dapat berdampak pada kesehatan para petani, salah satunya adalah paparan logam berat kadmium (Cd).

Baca Juga: Peran Krusial TTLM dari Analisis Laboratorium hingga Keputusan Medis

Penelitian terbaru yang dilakukan oleh tim akademisi dari Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) menemukan bahwa kadar kadmium dalam urine petani di Desa Kedungrejo, Kecamatan Megaluh, Kabupaten Jombang masih berada di bawah ambang batas yang ditetapkan WHO. Namun, korelasi yang sangat kuat antara masa kerja petani dan kadar kadmium (Cd) yang terdeteksi menandakan bahwa semakin lama seorang petani terpapar bahan kimia dari pestisida dan pupuk, semakin tinggi risiko kesehatannya.

kadmium (Cd)
Sumber: Unplash

kadmium (Cd) adalah logam berat yang memiliki toksisitas tinggi, bahkan dalam jumlah kecil. Paparan kadmium dapat berasal dari pestisida dan pupuk berbahan logam berat yang digunakan untuk meningkatkan hasil panen. Sayangnya, banyak petani yang tidak menyadari bahaya tersembunyi dari bahan-bahan kimia ini, yang seiring waktu dapat terakumulasi dalam tubuh dan menyebabkan gangguan kesehatan serius.

Dampak kadmium (Cd) Terhadap Kesehatan Petani

Dalam penelitian yang dilakukan menggunakan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), ditemukan bahwa kadar kadmium dalam urine petani meningkat seiring bertambahnya masa kerja. Responden dengan masa kerja lebih dari enam tahun menunjukkan kadar yang lebih tinggi dibandingkan mereka yang baru bekerja selama satu atau dua tahun.

Paparan logam berat seperti kadmium (Cd) dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, antara lain:

  • Kerusakan Ginjal: Kadmium merupakan toksin yang dapat mengganggu fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan ekskresi.
  • Gangguan Pernapasan: Petani yang terpapar dalam jangka panjang dapat mengalami masalah paru-paru, seperti sesak napas dan iritasi pernapasan.
  • Masalah Tulang: Logam berat ini dapat mengganggu metabolisme kalsium dan meningkatkan risiko osteoporosis atau kerapuhan tulang.
  • Gangguan Sistem Saraf: Dalam beberapa kasus, paparan jangka panjang kadmium dapat menyebabkan gangguan saraf, seperti tremor atau kelemahan otot.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa petani dengan masa kerja lebih lama sering mengalami gejala seperti pusing, mual, dan kelelahan, yang dapat menjadi indikasi awal keracunan logam berat. Sayangnya, banyak petani yang tidak menyadari hubungan antara kondisi kesehatan mereka dengan bahan kimia yang mereka gunakan sehari-hari.

Strategi Pencegahan untuk Mengurangi Paparan Logam Berat

Meskipun penelitian menunjukkan bahwa kadar kadmium (Cd) dalam urine petani masih berada dalam batas aman, kesadaran akan bahaya jangka panjang tetap perlu ditingkatkan. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa diterapkan untuk mengurangi risiko paparan logam berat bagi petani:

  1. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Banyak petani yang bekerja tanpa menggunakan masker, sarung tangan, atau pakaian pelindung saat menangani pestisida dan pupuk. Penggunaan APD dapat secara signifikan mengurangi risiko paparan langsung terhadap logam berat.

  2. Penerapan Pertanian Ramah Lingkungan Beralih ke metode pertanian organik dan mengurangi penggunaan pestisida berbahan logam berat dapat menjadi solusi jangka panjang. Penggunaan pupuk organik dan pengendalian hama alami bisa menjadi alternatif yang lebih aman.

  3. Pemeriksaan Kesehatan Berkala Mengingat paparan logam berat dapat berdampak jangka panjang, pemeriksaan kesehatan rutin bagi petani sangat dianjurkan. Pemeriksaan kadar kadmium dalam urine atau darah dapat membantu deteksi dini sebelum terjadi komplikasi kesehatan yang serius.

  4. Edukasi dan Sosialisasi Peningkatan kesadaran petani tentang bahaya logam berat dan cara mengurangi paparan sangat penting. Program pelatihan dan penyuluhan mengenai penggunaan pestisida yang aman dapat membantu petani memahami risiko yang mereka hadapi dan bagaimana cara menguranginya.

  5. Penggunaan Filter Air Air yang digunakan untuk irigasi dan konsumsi sehari-hari dapat mengandung logam berat dari limbah industri atau pertanian. Menggunakan filter air yang efektif dapat membantu mengurangi kadar kadmium dalam air yang dikonsumsi petani dan keluarganya.

  6. Rotasi Tanaman dan Pengelolaan Tanah kadmium (Cd) dapat terakumulasi di dalam tanah, sehingga penting untuk melakukan rotasi tanaman dan pengelolaan tanah yang baik guna mengurangi kadar logam berat. Menanam tanaman yang dapat menyerap logam berat juga bisa menjadi strategi mitigasi yang efektif.

Hasil penelitian ini menjadi peringatan bagi para petani akan bahaya tersembunyi dari penggunaan bahan kimia dalam pertanian. Meskipun kadar kadmium (Cd) dalam urine petani yang diuji masih di bawah ambang batas WHO, korelasi kuat antara masa kerja dan peningkatan kadar kadmium menunjukkan bahwa risiko paparan jangka panjang tetap ada.

Baca Juga: Gema Ramadhan di Panti Asuhan Ulul Albab HIMA MIK Umsida Wujudkan Kepedulian Sosial dan Spiritualitas di Bulan Penuh Berkah

Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan seperti penggunaan APD, beralih ke metode pertanian ramah lingkungan, dan rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, petani dapat melindungi diri dari efek berbahaya logam berat ini. Edukasi dan kesadaran akan pentingnya keselamatan kerja di sektor pertanian juga perlu terus ditingkatkan, sehingga petani dapat tetap produktif tanpa mengorbankan kesehatan mereka.

Sebagai negara agraris, Indonesia harus memberikan perhatian lebih terhadap kesejahteraan petani, termasuk dalam hal perlindungan kesehatan dari paparan logam berat. Dengan demikian, pertanian dapat terus berkembang tanpa mengorbankan kesehatan para petani yang menjadi tulang punggung sektor ini.

Sumber: ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT KADMIUM (CD) PADA PETANI
DI DESA KEDUNGREJO KECAMATAN MEGALUH JOMBANG
BERDASARKAN MASA KERJA