D4tlm.Umsida.ac.id– Pernahkah Anda mendengar bahwa tanaman yang biasa digunakan dalam pengobatan tradisional dapat memiliki efek toksik jika tidak digunakan dengan benar? Salah satu contoh yang menarik adalah bunga turi putih (Sesbania grandiflora), yang meskipun dikenal dengan manfaat kesehatannya, ternyata memiliki potensi toksik.
Baca Juga: Daun Turi Putih Terbukti Aman untuk Hati, Fikes Umsida Ungkap Temuan Penting dari Uji Toksisitas
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Muhammadiyah Sidoarjo mengungkapkan gejala toksisitas yang muncul pada tikus yang diberi ekstrak bunga turi putih dalam dosis tinggi.
Apa yang terjadi pada tikus-tikus ini? Bagaimana gejala-gejala tersebut mempengaruhi kesehatannya? Temukan jawabannya dalam artikel ini!
Mengenal Bunga Turi Putih dan Potensi Toksisitasnya

Bunga turi putih (Sesbania grandiflora) adalah tanaman yang banyak ditemukan di daerah tropis, termasuk Indonesia. Tanaman ini sering dimanfaatkan dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi berbagai penyakit, berkat kandungan senyawa aktifnya yang memiliki sifat terapeutik.
Namun, seperti banyak tanaman obat lainnya, bunga turi putih juga mengandung senyawa yang berpotensi toksik, terutama jika dikonsumsi dalam jumlah besar atau pada dosis yang tidak terkontrol.
Senyawa alkaloid dan triterpenoid yang terdapat dalam bunga turi putih dapat memberikan dampak negatif pada tubuh, terutama organ ginjal. Hal ini karena ginjal merupakan organ yang bertugas menyaring zat-zat berbahaya dari darah.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mokhamad Amirul Hidayat, tim peneliti mencoba menguji efek toksik ekstrak bunga turi putih pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus). Pengujian ini dilakukan dengan memberi dosis ekstrak bunga turi putih dalam variasi 10.000 mg/kgBB, 15.000 mg/kgBB, dan 20.000 mg/kgBB.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mempelajari gejala-gejala toksisitas yang muncul pada tikus setelah diberikan ekstrak bunga turi putih, serta untuk menilai seberapa besar pengaruh dosis tinggi terhadap kondisi fisik tikus.
Gejala Toksisitas yang Muncul pada Tikus
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh toksik pada tikus berbeda-beda tergantung pada dosis yang diberikan. Di bawah ini adalah gejala yang diamati pada masing-masing kelompok perlakuan:
Kelompok dengan dosis 10.000 mg/kgBB: Tikus-tikus dalam kelompok ini tidak menunjukkan gejala toksisitas yang serius. Mereka tetap aktif dan tidak ada kematian yang tercatat.
Namun, beberapa tikus tampak sedikit lebih lemas dan menunjukkan penurunan aktivitas dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Kelompok dengan dosis 15.000 mg/kgBB: Pada dosis ini, gejala toksisitas mulai lebih terlihat. Tikus-tikus di kelompok ini mengalami kelelahan yang lebih parah, dan ada juga beberapa tikus yang bulunya mulai rontok. Namun, meskipun ada penurunan aktivitas, tidak ada kematian yang tercatat dalam kelompok ini.
Kelompok dengan dosis 20.000 mg/kgBB: Pada dosis tertinggi ini, efek toksik menjadi lebih jelas. Dua ekor tikus mengalami kematian, sementara yang lain menunjukkan gejala lemas dan bulu rontok. Meskipun begitu, tidak ada gejala kelumpuhan atau gangguan lainnya yang muncul pada tikus yang masih hidup.
Penting untuk dicatat bahwa meskipun gejala toksisitas yang terlihat cukup mengkhawatirkan, terutama pada dosis tinggi, tikus yang diberi dosis rendah hingga menengah (10.000 mg/kgBB dan 15.000 mg/kgBB) masih dapat bertahan hidup dan tidak menunjukkan kerusakan permanen pada organ tubuh mereka.
Hal ini memberikan gambaran bahwa meskipun bunga turi putih mengandung senyawa berpotensi toksik, dampaknya mungkin tidak seburuk yang dibayangkan jika digunakan dalam dosis yang tepat.
Implikasi Penelitian untuk Penggunaan Tanaman Tradisional
Penelitian ini membawa kesimpulan yang penting mengenai penggunaan tanaman tradisional seperti bunga turi putih dalam pengobatan.
Meskipun bunga turi putih memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan, terutama dalam mengatur keseimbangan elektrolit dalam tubuh, kita juga harus berhati-hati terhadap kemungkinan efek samping yang ditimbulkan oleh senyawa berbahaya yang terkandung di dalamnya.
Dalam hal ini, penting untuk mengontrol dosis dengan baik untuk menghindari gejala toksisitas.
“Bunga turi putih memiliki manfaat, tetapi penggunaan yang tidak terkontrol dapat berisiko,” kata Mokhamad Amirul Hidayat, peneliti yang memimpin studi ini.
“Gejala toksisitas yang muncul pada tikus membuktikan bahwa meskipun tanaman ini memiliki efek positif pada kadar elektrolit, dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang serius.”
Bagi masyarakat yang tertarik menggunakan bunga turi putih dalam pengobatan, penelitian ini memberikan pesan yang jelas: keseimbangan adalah kunci. Tanaman obat memang memiliki banyak manfaat, tetapi penggunaannya harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam dosis yang sesuai.
Selain itu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami lebih dalam potensi toksik dari tanaman ini dan untuk menentukan dosis aman yang bisa digunakan dalam pengobatan manusia.
Baca Juga: Meningkatkan Kualitas Air dan Edukasi Kesehatan untuk Masyarakat Sehat dan Berkualitas
Penelitian ini mengungkapkan bahwa ekstrak bunga turi putih memiliki potensi untuk menyebabkan gejala toksisitas, terutama pada dosis tinggi. Gejala yang diamati pada tikus meliputi kelelahan, penurunan aktivitas, bulu rontok, dan bahkan kematian pada dosis tertinggi.
Namun, pada dosis yang lebih rendah, gejala toksik tidak terlalu parah, dan tikus dapat bertahan hidup tanpa menunjukkan kerusakan serius pada organ tubuh mereka.
Hal ini mengingatkan kita bahwa meskipun tanaman seperti bunga turi putih memiliki manfaat terapeutik, penting untuk selalu berhati-hati dalam penggunaannya.
Penelitian lebih lanjut tentu diperlukan untuk mengidentifikasi dosis yang tepat dan untuk mengevaluasi keamanan penggunaan bunga turi putih dalam pengobatan tradisional.
Seperti halnya dengan semua pengobatan berbahan alami, keseimbangan dan pengawasan yang tepat sangat diperlukan agar manfaat kesehatan dapat diperoleh tanpa menimbulkan efek samping yang berbahaya.
Sumber: Jamilatur Rohmah
Penulis: Novia