d4tlm.Umsida.ac.id – Di tengah meningkatnya prevalensi diabetes di Indonesia, upaya pencarian terapi alami terus dilakukan oleh berbagai kalangan. Salah satu temuan menarik datang dari riset dosen Teknologi Laboratorium Medis Fakultas Ilmu KesehatanUniversitas Muhammadiyah Sidoarjo (TLM Fikes Umsida), yang membuktikan potensi bromelin enzim alami dalam bonggol nanas dalam menurunkan kadar gula darah dan memperbaiki fungsi sel beta pankreas.
Baca Juga : Potensi Ekstrak Daun Kersen sebagai Antidiabetes Alami yang Aman Jarang di Ketahui
Dengan pendekatan eksperimental pada tikus wistar yang diinduksi aloksan, hasil penelitian ini menjadi titik terang bagi alternatif terapi antidiabetes yang lebih aman dan ekonomis.
Bromelin dalam Bonggol Nanas dan Manfaat Farmakologisnya
Bromelin adalah enzim proteolitik yang banyak ditemukan dalam batang atau bonggol nanas. Tidak hanya dikenal sebagai pelunak daging dalam industri makanan, bromelin juga menunjukkan potensi farmakologis sebagai antiinflamasi dan imunomodulator.
Penelitian terdahulu menyebutkan bahwa bromelin mampu menurunkan jumlah limfosit CD4+ dan menghambat produksi sitokin pro-inflamasi seperti IL2, menjadikannya efektif untuk berbagai kondisi autoimun dan peradangan kronis.
Dalam konteks diabetes mellitus tipe 1, yang umumnya dipicu oleh kerusakan sel beta pankreas akibat reaksi autoimun, aktivitas antiinflamasi bromelin menjadi relevan.
Mekanisme kerja bromelin diyakini mampu memperbaiki dan merangsang regenerasi sel beta pankreas, sehingga produksi insulin dapat kembali terjadi dan kadar glukosa darah dapat ditekan. Penelitian di Fikes Umsida menjadi salah satu upaya untuk menguji klaim ini secara ilmiah.
Riset Terapan di TLM Umsida dan Hasil Eksperimen yang Menjanjikan

Penelitian dilakukan oleh Ayu Rochmawati dan Syahrul Ardiansyah dari D-IV TLM Fikes Umsida, dengan melibatkan 30 ekor tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan untuk menimbulkan kondisi hiperglikemik.
Tikus-tikus ini dibagi menjadi enam kelompok, termasuk kelompok kontrol negatif, kontrol positif, serta empat kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak bonggol nanas dengan konsentrasi bertingkat: 25%, 50%, 75%, dan 100%.
Selama 14 hari, tikus kelompok perlakuan diberikan ekstrak bonggol nanas secara oral. Hasilnya menunjukkan penurunan kadar glukosa darah pada semua kelompok perlakuan, dengan penurunan tertinggi ditemukan pada konsentrasi 100% sebesar 44 mg/dL.
Uji statistik Kruskal-Wallis memperkuat hasil ini dengan menyatakan bahwa perbedaan konsentrasi ekstrak memberikan pengaruh signifikan terhadap penurunan kadar glukosa darah (p < 0,05).
Menariknya, walau kadar glukosa belum sepenuhnya kembali ke nilai normal, hasil ini memberikan indikasi kuat bahwa bromelin bekerja secara bertahap dan efektif memperbaiki gangguan metabolik akibat kerusakan sel beta pankreas. Ini menjadi peluang bagi pengembangan terapi jangka panjang berbasis fitoterapi.
Terobosan Inovatif dari Fikes Umsida untuk Dunia Kesehatan
Penelitian ini menegaskan posisi Fikes Umsida, khususnya Program Studi Teknologi Laboratorium Medis, sebagai institusi pendidikan tinggi yang tak hanya fokus pada pengajaran tetapi juga aktif dalam riset terapan. Pemanfaatan bonggol nanas, yang selama ini dianggap limbah pertanian, menjadi sumber bahan aktif antidiabetes adalah bentuk inovasi yang menyentuh aspek lingkungan, kesehatan, dan ekonomi.
Dukungan fasilitas laboratorium dan bimbingan riset yang kuat menjadikan mahasiswa dan dosen TLM mampu menciptakan riset berbasis masalah nyata di masyarakat. Selain itu, adanya potensi pengembangan ekstrak ini menjadi suplemen herbal atau terapi komplementer memperkuat peran TLM Fikes Umsida dalam inovasi farmasi alami dan pencegahan penyakit degeneratif.
Baca Juga : Ekstrak Daun Kelor dan Daun Tin Terbukti Efektif Bunuh Jentik Nyamuk Aedes aegypti
Riset ini membuktikan bahwa ekstrak bonggol nanas memiliki aktivitas antidiabetes yang signifikan, terutama pada konsentrasi tinggi. Bromelin sebagai senyawa aktif bekerja memperbaiki sel beta pankreas dan menurunkan kadar glukosa darah. Meskipun belum dapat mengembalikan kadar glukosa ke tingkat normal dalam 14 hari, hasil ini menjadi pijakan awal yang menjanjikan bagi terapi berbasis tanaman lokal.
Dengan tren kenaikan penderita diabetes di Indonesia, solusi alami seperti bromelin sangat dibutuhkan. Penelitian ini tidak hanya berdampak pada dunia akademik, tetapi juga berpeluang besar untuk dikembangkan lebih lanjut secara klinis. Fikes Umsida melalui Prodi TLM terus berkomitmen menghadirkan inovasi berbasis riset yang memberi manfaat nyata bagi masyarakat.
Sumber : Syahrul Ardiansyah
Penulis : Novia