TLM.umsida.ac.id – Keamanan pangan adalah isu krusial, terutama ketika menyangkut makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak di lingkungan sekolah. Sebuah program pelatihan yang dilaksanakan di SDN Keboharan, Krian, Sidoarjo, memberikan solusi praktis untuk mendeteksi bahan kimia berbahaya seperti formalin, boraks, pemanis sintetis, dan pewarna sintetis dalam makanan. Berikut adalah delapan tips sederhana dan efektif untuk mendeteksi zat kimia berbahaya tersebut, yang dapat dilakukan di rumah dengan alat-alat mudah ditemukan.
Baca juga: 8 Cara Praktis Deteksi Bahan Kimia Berbahaya di Makanan Sekolah: Solusi Sehat dari SDN Keboharan
1. Deteksi Pewarna Sintetis dengan Sabun
Makanan seperti tahu kuning sering kali menggunakan pewarna sintetis karena lebih murah dan menarik secara visual. Untuk mengetahuinya, rendam potongan tahu dalam larutan sabun selama beberapa menit. Jika tahu berubah menjadi cokelat gelap atau kemerahan, maka makanan tersebut kemungkinan mengandung pewarna sintetis seperti Rhodamin B atau methanil yellow. Pewarna ini bersifat karsinogenik dan berisiko menyebabkan kanker dalam jangka panjang.
2. Pendeteksian Pemanis Sintetis dengan Teknik Karamelisasi
Minuman yang mengandung pemanis sintetis dapat dideteksi dengan cara sederhana. Panaskan minuman tersebut hingga airnya menguap. Jika yang tersisa adalah karamel, maka minuman tersebut menggunakan pemanis alami. Namun, jika tidak terbentuk karamel, kemungkinan besar minuman mengandung pemanis sintetis yang tidak aman untuk kesehatan.
3. Gunakan Tusuk Gigi Kunyit untuk Formalin
Formalin sering digunakan sebagai pengawet makanan seperti bakso dan mie basah. Tusuk gigi kunyit bisa menjadi alat deteksi efektif. Celupkan tusuk gigi dalam parutan kunyit, kemudian tusukkan ke makanan. Jika tusuk gigi berubah warna menjadi oranye atau merah bata, makanan tersebut mengandung formalin. Metode ini sangat praktis dan dapat diaplikasikan dengan mudah.
4. Deteksi Boraks dengan Cara yang Sama
Selain formalin, boraks juga sering digunakan untuk memberikan tekstur kenyal pada makanan. Metode yang sama dengan tusuk gigi kunyit dapat digunakan untuk mendeteksi boraks. Jika warna tusuk gigi berubah menjadi oranye kemerahan, makanan tersebut positif mengandung boraks, yang bersifat toksik dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan.
5. Identifikasi Rhodamin B dengan Uji Kulit
Rhodamin B adalah pewarna tekstil yang berbahaya jika digunakan dalam makanan. Untuk mendeteksinya, oleskan makanan ke kulit. Jika warna makanan tetap menempel pada kulit dan sulit dihilangkan, itu menunjukkan adanya Rhodamin B. Teknik ini sangat berguna untuk menguji makanan berwarna mencolok.
6. Peningkatan Kesadaran Guru dan Orang Tua
Pelatihan ini melibatkan guru-guru SD untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya bahan kimia dalam makanan. Dengan pemahaman yang lebih baik, mereka dapat menjadi agen edukasi bagi anak-anak dan komunitas sekolah. Langkah ini membantu mendorong perubahan gaya hidup yang lebih sehat di lingkungan sekolah.
7. Pemanfaatan Alat dan Bahan Sederhana
Salah satu keunggulan utama dari metode ini adalah penggunaan alat sederhana yang mudah ditemukan, seperti tusuk gigi, kunyit, sabun, dan panci untuk pemanasan. Hal ini memungkinkan siapa saja, termasuk orang tua dan guru, untuk melakukan deteksi bahan kimia berbahaya tanpa peralatan laboratorium yang mahal.
8. Melatih Kebiasaan Memilih Makanan Sehat
Selain deteksi bahan kimia, pelatihan ini juga mendorong masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih makanan. Edukasi tentang risiko bahan kimia berbahaya seperti boraks, formalin, dan pemanis sintetis membantu masyarakat menghindari makanan berbahaya dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Pentingnya Deteksi Bahan Kimia pada Makanan
Konsumsi makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari gangguan pencernaan hingga penyakit serius seperti kanker. Sayangnya, makanan seperti tahu, bakso, mie, dan jajanan anak sekolah sering kali menjadi sasaran penggunaan bahan tambahan berbahaya. Program ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bahaya tersebut melalui edukasi dan pelatihan.
Dengan delapan cara sederhana ini, siapa saja dapat mendeteksi bahan kimia berbahaya dalam makanan sehari-hari. Pelatihan yang dilaksanakan di SDN Keboharan, Krian, Sidoarjo, menjadi contoh nyata bagaimana pendekatan sederhana dapat memberikan dampak besar bagi kesehatan masyarakat. Mari mulai menjaga kualitas makanan yang kita konsumsi dan bersama-sama menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Sumber: Jamilatur Rohmah PPM Cara Mudah dan Sederhana Deteksi Bahan Kimia Berbahaya Pada Makanan di SDN Keboharan Krian Sidoarjo
Penulis: Ayunda H